A Coffe in Berlin (2012) Keterasingan dan Usaha mendapatkan Secangkir Kopi

A Coffe in Berlin

A coffe in Berlin atau nama lain dari film ini “Oh boy” bercerita tentang kehidupan seorang pemuda yang dikerubungi oleh masalah dan rasa keterasingan bahkan keraguan didalam dirinya. Serta merta di sajikan dengan visual hitam-putih. Wah, fix ga sih untuk ditonton?

Pemuda tersebut bernama Niko yang diperankan oleh Tom Schilling. Kenapa rasssian mau-maunya menonton film hitam-putih ini adalah karena si aktor ini. Dari beberapa film yang diperankan oleh Tom Shcilling yang telah rasssian tonton adalah “who am i-keyn system ist sicher” dan “Never look away”, ke dua film tersebut asli keren dan best of the best lah. Mengingat hal tersebut, menjadikan rasssian untuk menonton film ini.

Setelah itu setiap peran yang dilakoni oleh Tom Schilling memiliki nilai-nilai yang membuat dirinya menjadi menarik. Entah itu pemilihan peran atau skill aktingnya, si mas Tom ini memang bagus di film-film pendahulunya. Lantas bagaimana di film A Coffe in Berlin ?

Sinopsis :

Niko (Tom Schilling) diawal scene di perlihatkan bagaimana ia memutuskan hubungan dengan seorang perempuan dan hal tersebut tampak mengecewakan karena Niko tidak memberikan penjelasan yang jelas perihal tersebut. Setelah itu kehidupan Niko berlanjut dengan pindah ke apartemen baru dan bagaimana orang disekitar atau tetangganya ingin menjalin hubungan dengannya, tetapi Niko menutup diri.

Setelah itu ternyata ia telah di drop out dari universitas karena kelalaian dan rasa malas yang menghantui, membuatnya menyusuri jalanan di kota Berlin. Namun, dia merasa dirinya terasing dan tidak mempunyai tempat dimanapun berada.

Niko yang mengalami hari-hari yang mungkin bisa dikatakan tanpa gairah hidup, tanpa tujuan pasti atau mungkin bisa dikatakan belum mengetahui tujuan hidupnya. Film ini menggambarkan tentang kehidupan seseorang yang tidak dapat menemukan tempatnya sendiri di sekeliling orang-orang yang ditemuinya dalam hidupnya. Bagaimana dia merasakan bahwa orang-orang tersebut menjadi sosok-sosok yang asing baginya, namun sejatinya justru dirinya sendirilah yang menjadi sosok asing bagi dirinya sendiri.

Berbagai kejadian yang tak biasa kerap terjadi pada dirinya dengan interaksi yang kadang terasa absurd dan lucu dengan orang-orang yang ditemuinya. Sebuah potret diri yang terkesan ironis bahkan mungkin bisa dikatakan tragis dari seseorang yang sedang kebingungan dan kesulitan mencari tempat untuk dirinya. Keterasingan kerap melanda dimana pun dia berada.

Film ini pun seolah menggambarkan bagaimana orang-orang saat ini merasa tidak nyaman dan takut sendirian. Kesendirian adalah merupakan momok yang paling menakutkan dan bagaimana kesendirian tersebut membuat takut banyak orang mengalaminya; karena tak seorang pun ingin sendiri di dunia ini – tentu saja.

Dalam cerita A Coffe in Berlin ini, niko selaku pameran utama membawa kita kepada orang-orang yang baru ia kenal dan mendapati kemelut dengan orang-orang baru tersebut, tetapi ada juga dengan teman, baik teman lama maupun teman baru bahkan keluarganya sekalipun. Tokoh Niko dihadapkan pada rentetan masalah dan bagaimana respon karakter dari Niko ini yang bakal kita tonton.

A Coffe in Berlin

A Coffe in Berlin

Menonton film ini layaknya menonton karya klasik yang dipadu dengan sajian musik yang jazzy. Sebuah suguhan drama tragicomedy penuh komedi satir yang patut di coba untuk dinikmati. In the end, film ini cukup menghibur dan membuat penontonnya terheran-heran dengan tingkah si Niko. Jadi, kalaulah kalian menemukan dan menonton film ini kalian layaknya mendapatkan sebauh harta karun. Menarik tetapi tidak banyak ditemukan oleh orang-orang.

Apa yang membuat film ini tidak membosankan? Pertama tentu saja karakter Niko sendiri. Kedua, rentetan permasalahan yang dihadapi Niko, klise memang, justru itu yang membuatnya menarik. Ketiga, secara tidak sadar Niko kesusahan mendapatkan secangkir kopi. Kopi bukan menjadi daya tarik pada cerita film ini, namun secara nyata Niko selalu gagal dalam menyeruput kopi. Meskipun film ini dibungkus dengan visual hitam-putih, namun sangat bisa dinikmati kesederhanaannya. 😉

Sebagian dari kalian bakal enggan atau ogah untuk menonton A Coffe in Berlin ini, mengingat tema yang diangkat dan visual hitam-putihnya barangkali. Film ini jauh diluar ekspektasi, A Coffe in Berlin juga memenangkan banyak penghargaan di 2013 German Film Awards dari segi best screenplay, best feature film, best actor dan banyak lagi.

Jadi, apakah kalian tertarik untuk menonton film ini ? untuk mengobati penasaran kalian bisa menonton Trailer nya saja terlebih dahulu :

Detail Film

Judul : A Coffe in Berlin / Oh Boy

Genre : Drama Komedi

Direktor : Jan Ole Gerster

Rilis : November 2012

Negara : German

Bahasa : German | English

Durasi : 86 menit


Baca juga ulasan menarik seperti Rekomendasi dan Review film maupun buku lainnya :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *