PUISI-PUISI D I SURYANI

ANTARA AZAN ISYA DAN SUBUH
Pandu, dengarlah cerita mengenai Puan temanku
Diawali gawai nan tergolek disamping Puan
Ditemani jam dinding dengan dua belas kali dentangan
Puan tertidur namun terjaga
Dadanya dihimpit entah oleh siapa
Tolong rintihnya tak terdengar oleh siapa-siapa
Yang terlihat hanya Puan tertidur dengan damainya
Pandu, andailah engkau tau jika sang puan tengah diganggu
Wajahnya diremas oleh ia yang tak bisa disentuh
Lehernya geli dibelai rambut yang sekasar bulu sapu
Untuk menyebut nama Tuhan pun Puan tak mampu
Pandu, itulah yang terjadi pada Puan temanku
Antara azan isya dan subuh di hari itu.

 

ANTARA AZAN SUBUH DAN ZUHUR
Pandu kali ini dengarkan cerita mengenai Yani temanku
Diawali oleh cintanya yang tak disambut Nandu
Daunnya yang gugur bahkan sebelum sempat tumbuh
Suaranya parau ketika ia belum sempat berlagu
Pandu, ia sangatlah berbeda denganku
Ia tak menyukai rembulan tak juga memuja bintang-bintang
Baginya siang adalah siang dan malam tetaplah malam
Pandu, kini Yani tengah dibelai rindu
Entahlah oleh Nandu entah oleh waktu
Satu hal yang pasti kuingat mengenai Yani temanku
Ia sangatlah membencimu
Pandu, itulah cerita mengenai Yani temanku
Antara Azan Subuh dan Zuhur dihari itu.

 

ANTARA AZAN ZUHUR DAN ASAR
Pandu, kali ini resapi renunganku mengenai pertanyaan Alpa temanku
Diawali dengan Tanya akan jadi apa aku di tahun 2040?
Di manakah aku setelah dua puluh tahun berlalu?
Pandu, dua tahun yang lalu aku masih bergelut dengan mimpi-mimpi gilaku
Aku tak tahu jika mereka memudar seiring kutasbihkan namamu
Pandu, sekarang aku memiliki seribu satu pinta mengenaimu
Yang selalu kututurkan pada dingin malam
Aku pun menyimpan satu mimpi yang kukubur dalam diam
Aku pun menanam sebuah harapan yang kupasrahkan pada Tuhan
Pandu, bagaimana jika semua pintaku tak direstui?
Bagaimana jika di dua ribu empat puluh
Seorang gadis kecil menggenggam tangnaku dan bertanya,
“Ibu, siapakah Pandu?”
Pandu, itulah renunganku mengenai pertanyaan Alpa
Antara azan zuhur dan ashar di hari itu.

 

ANTARA AZAN ASAR DAN MAGRIB
Pandu, kali ini bantu aku memahami Aniri temanku
Diawali dengan penggambaran tokohnya dalam otakku
Raganya bak pohon beringin di depan rumahmu
Tatapnya sedalam palung laut yang dulu diceritakan ibuku
Tawanya lantang bak tak terjadi apa-apa dengan jiwa itu
Pandu, seiring berjalannya waktu
Aku pun tau apa yang sebenarnya disembunyikan Aniri temanku
Lengannya kasar bukan seperti sisik ular
Melainkan bekas-bekas gores luka yang ia buat menggunakan pisau

Pandu, hari ini mataku mulai terbuka dengan nyalang
Aniri tidaklah seperti yang tergambar di otakku
Ada luka yang ia simpan yang membuatnya
Senang melihat darah mengalir di tangannya yang halus

Pandu, apa yang harus aku lakukan dengan Aniri temanku?
Bagaimana mungkin lukanya bersembunyi dengan apik
Di balik rupanya yang ayu?
Pandu, itulah pertanyaanku mengenai Aniri
Antara azan ashar dan maghrib di hari itu

 

ANTARA AZAN MAGRIB DAN ISYA
Pandu, terakhir mari kuceritakan mengenai Anin temanku
Wajahnya sangatlah cantik bak ratu melayu
Senyumnya disambut dengan gembira seolah itu adalah wahyu
Bunganya diharap oleh ribuan kumbang nan rela diadu
Pandu, dibalik kesempurnaan itu
Nyatanya Anin berkalangkan rindu
Hanya saja Anin pandai menampik
Seolah ia tengah bermain dengan waktu
Hari ini ia akan jatuh cinta pada Faru
Esok hari ia seolah jatuh cinta pada Rafu
Pandu, andai engkau tahu
Bahwa cinta Anin sebenarnya tak pernah benar-benar jatuh
Ia memuja nama lain kitab
Yang sengaja kusandingkan di baris ketiga sajakku
Sehingga setiap kisah seolah enggan berakhir utuh
Pandu, itulah pertanyaanku di ujung kisah Anin
Antara azan magrib dan isya di hari itu.


-Siapa D I SURYANI ? dan mengapa rasssian tulis ulang dan pajang di website rasssian PUISI-PUISI D I SURYANI ini ? jawabannya adalah kumpulan puisi tersebut sangat menarik bagi rasssian. Yap itu saja, D I SURYANI lahir dan dibesarkan di Lintau. Tengah menyelesaikan studi di jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas pada 2019. Puisi ini pun rasssian temukan di halaman koran HALUAN.

Meskipun ini adalah puisi tetapi kita seolah membaca cerita pendek yang mana setiap kosa katanya memang telah diramu dengan sebegitu rupa. Puisi ini sukses membuat rasssian membacanya beberapa kali dan takjub dengan apa yang coba si penulis sampaikan.

Bagi kalian yang tak sengaja membaca puisi-puisi diatas kalian bisa memberikan penilaian dan seberapa baguskah puisi tersebut menurut kalian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *