Quotes ANAK SEMUA BANGSA Pramoedya Ananta Toer

Quotes Anak Semua Bangsa Pramoedya Ananta Toer

“Kalau hati dan pikiran manusia sudah tak mampu mencapai lagi, bukankah hanya pada Tuhan juga orang berseru?” (Panji Darman/Jan Dapperste, Hal.33)

“Jangan kau mudah terpesona oleh nama-nama. Kan kau sendiri pernah bercerita padaku: nenek moyang kita menggunakan nama yang hebat-hebat, dan dengannya ingin mengesani dunia dengan kehebatannya–kehebatan dalam kekosongan. Eropa tidak berhebat-hebat dengan nama, dia berhebat-hebat dengan ilmu pengetahuannya. Tapi si penipu tetap penipu, si pembohong tetap pembohong dengan ilmu dan pengetahuannya.” (Nyai Ontosoroh, hal.77)

“Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan. Di mana pun ada yang mulia dan jahat. Di mana pun ada malaikat dan iblis. Di mana pun ada iblis bermuka malaikat, dan malaikat bermuka iblis. Dan satu yang tetap, Nak, abadi : yang colonial, dia selalu iblis.” (Nyai Ontosoroh, hal.83)

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Nyai Ontosoroh, hal.84)

“Dengan ilmu pengetahuan modern, binatang buas akan menjadi lebih buas, dan manusia keji akan semakin keji. Tapi jangan dilupakan, dengan ilmu-pengetahuan modern binatang-binatang yang sebuas-buasnya juga bisa ditundukkan.” (Khouw Ah Soe, hal.90)

“Pernah kudengar orang kampong bilang: Sebesar-besar ampun adalah yang diminta seorang anak dari ibunya, sebesar-besar dosa adalah dosa anak kepada ibunya.” (Robert Mellema, hal.130)

“Pernah ada yang berkata: Setiap saat orang bisa minta ampun pada Tuhan, bila berdosa terhadap-Nya, dosa terhadap sesama manusia lain lagi, terlalu susah untuk mendapat ampun dari padanya. Tuhan Maha Pemurah, manusia maha tidak pemurah.” (Robert Mellema, hal.131)

“Apa artinya pandai kalau tak berbahagia di rumah sendiri? Belajar bekerja juga penting—belajar membangun kehidupan sendiri. Sekolahkan Cuma, penyempurnaan saja?” (Minke, hal.150)

“Inilah jaman modern Minke, yang tidak baru dianggap kolot, orang tani, orang desa. Orang menjadi begitu mudah terlena, bahwa di balik segala seruan, anjuran, kegilaan tentang yang baru menganga kekuatan gaib yang tak kenyang-kenyang akan mangsa. Kekuatan gaib itu adalah deretan protozoa, angka-angka, yang bernama modal.” (Miriam de La Croix, hal.107)

“Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaanya saja, dia sakit.” (Kommer, hal.265)

“Orang bilang, jepang hanya pandai meniru barat. Mengejek ini adalah tidak belajar dari sejarah perkembangan. Meniru apa saja yang baik dan bermanfaat justru tanda tanda kemajuan, bukan suatu nista seperti diejekkan oleh beberapa pendapat colonial. Semua pribadi dan bangsa memulai dengan meniru sebelum dapat berdiri sendiri. Orang sepatutnya belajar membiasakan diri dengan kenyataan-kenyataan baru.” (Minke, hal.487)

“Kehidupan lebih nyata daripada pendapat siapa pun tentang kenyataan.” (Kommer, hal.199)

“Sealama penderitaan datang dari manusia, dia bukan bencana alam, dia pun pasti bisa dilawan oleh manusia. (Kommer, hal.204)

“Orang rakus harta benda selamanya tak pernah membaca cerita, orang tak berperadaban. Dia takkan pernah perhatikan nasib orang. Apalagi yang hanya dalam cerita tertulis.” (Nyai Ontosoroh, hal.382)

“Semua yang terjadi di kolong langit ini adalah urusan setiap orang yang berfikir.” (Kommer, hal.390)

“Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berpikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang memang berjiwa criminal, biar pun dia sarjana.” (Kommer, hal.390)


Quotes Anak Semua Bangsa Pramoedya Ananta Toer ini pada dasarnya memang kutipan-kutipan, pembelajran hidup, atau kata-kata pencerahan yang terkandung di dalam isi cerita novel tersebut. Secara murni di kutip langsung.

Tidak lama setelah menyelesaikan Bumi Manusia saya langsung melanjutkan buku ke dua nya yakni Anak Semua Bangsa, berbeda dengan sebelumnya buku ke dua ini agak lamban saya selesaikan. 10 hari buku ini baru terselesaikan, yang mana 6 hari pertamanya masih berjalan di halaman 150an.

Namun kembali lagi pada segi cerita, pengembangan ruang lingkup cerita di buku ke dua ini sangat menarik. Berbeda dengan buku pertamanya yang memiliki ruang lingkup yang sempit. Ah, kalian bisa baca dengan jelas dan detail bagaimana Review dari Rasssian terhadap buku kedua tetralogi Pulau buru ini, Anak Semua Bangsa.

Baca juga Quotes yang tak kalah menariknya, yakni :

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *