Review Buku ANAK SEMUA BANGSA Karya Pramoedya Ananta Toer

Review Buku ANAK SEMUA BANGSA Karya Pramoedya Ananta Toer

Cerita pada Buku Anak Semua Bangsa merupakan kelanjutan dari buku pertamanya yakni Bumi Manusia. Dibuku kedua ini cerita mulai memiliki ruang lingkup yang luas. Kita sebagai pembaca dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang mendalam terhadap rakyat Indonesia yang sangat ironis.

Dirasakan sekali bahwa buku sebelumnya memiliki ruang lingkup cerita yang sempit, tentu. Karena ini merupakan seri tetralogi, jelas saja kesemua bahan cerita akan bertahap dan berangsur-angsur menjadi sebuah mahakarya.

Mulanya, cerita berlanjut secara runtut dari buku pertama yang mana kepergian Annelis ke Netherland sebagai bukti kekalahan Minke dan mertuanya yakni Nyai Ontosoroh di sidang pengadilan. Lama Annelies berlayar ke Belanda saat itu juga Panji Darman sebagai mata-mata Nyai Ontosoroh selalu mengikuti gerak gerik Annelis dan melaporkan semua kejadian kepada Suami Annelies(Minke) dan ibunda Annelies(Nyai Ontosoroh).

Semua kejadian yang menimpa Minke di umur pernikahannya yang masih berselang beberapa bulan membuat hidupnya tertekan dan terasa melambat. Ditambah beberapa pesan yang disampaikan oleh Panji Darman melalui suratnya tentang keberadaan Annelis yang memprihatinkan. Hingga jatuh sakit ketika dalam perjalanan ke Netherland, Annelis tidak bisa menghadapi dunia nya seorang diri, jiwa nya mulai goyah, kesemua gerak geriknya pun menjadi kaku, tidak ingin melakukan segala macam hal, hanya lautan lepas yang sebentar-sebentar dipandanginya, matanya yang dahulu memancarkan aura ketenangan pun sekarang telah padam. Setelah sampai di Netherland pun Annelies masih sakit dan tidak ada yang benar-benar ingin mengurusinya. Hingga pada suatu waktu Panji Darman menyampaikan belansungkawa yang mendalam terhadap kepergian Annelies di dalam suratnya tersebut.

Yang menarik pada awal buku ini memang penyampaian pada surat-surat Panji Darman, tidak hanya satu atau dua surat, hingga banyak hal yang dibahas tentang kekagumannnya terhadap eropa, gaya hidup dan bangunan-bangunan hingga ilmu pengetahuan. Penyampaian pada surat-surat tersebut membuat kita berdecak kagum, apa pasal? Sangat jarang hal seperti ini kita temukan pada banyak novel, seolah-seolah kita sebagai pembaca akan selalu ditarik dan terkesima akan cara penyampaian dan tutur katanya.

Juga bagian surat ini lah yang tidak akan membuat pembaca menjadi bosan dan terkantuk-kantuk. Lepas dari itu, menurut pemilik blog ini kita sebagai pembaca akan kembali kepada kelanjutan hidup Minke yang bermuram durja dan ini bagian yang bisa dikatakan agak bosan, bertele-tele dengan kesedihan, memang wajar sesuai dengan pokok permalasahan cerita tetapi sebaiknya Pram bisa sedkit memangkas bagian ini.

Karena konsep cerita berada pada era awal abad 20, Pram menghadirkan berbagai macam kejadian dari pelosok dunia luar. Tentang penjajahan Philipina oelh spanyol, peperangan yang pecah antar Yunani, Amerika yang mengambil alih Philipina dari Spanyol, Keberadaan bangsa Jepang yang setara dengan bangsa Eropa dan banyak hal lainnya. Sangat menarik, disini Minke dipertemukan dengan pemuda asal Tiongkok yang membawa perihal banyak berita dari dunia luar tersebut. Pemuda tersebut bernama Khouw Ah Soe, pemuda yang pandai dan memiliki wawasan yang luas.

Setelah itu bagian lainnya yakni tentang perjalanan liburan Minke dengan Nyai Ontosoroh ke tempat saudara nyai yang bernama Sastro Kassier di Sidoarjo. Penyampaian dan gambaran yang mengalir dalam liuk paragraph tentang perjalanan menggunakan kereta pada masa tersebut membuat kita sebagai pembaca menjadi berkhayal kira-kira begini dan begitu pada masa lalu perjalanan yang ditempuh. Perjalanan Minke ke sidoarjo lah yang membuat cakupan skala cerita menjadi luas.

Kala itu ada suatu momen dimana Minke mencoba untuk benar-benar berbaur dengan orang-orang pribumi kalangan bawah, walaupun Minke sendiri orang pribumi tetapi sangat jarang dibahas pada buku pertamanya dan awal buku kedua bagaimana lingkungan Minke dengan Pribumi yang sebenar-benarnya. Kebanyakan Minke menghabiskan waktu dengan lingkungan eropa maupun dengan Peranakan eropa. Karena Minke sendiri adalah siswa sekolah H.B.S yang mayoritas adalah anak-anak dari eropa maupun peranakan eropa.

Momen ketika membaca bagian dimana Minke mencoba berbaur dengan petani pribumi yang telah disudut-suduti oleh pemerintah belanda untuk memberikan beberapa lahannya. Membaca bagian ini kita akan mencoba membayangkan bagaimana kehidupan pribumi pada awal tahun 1900an. Rumah yang mana didalam rumah tersebut kita tinggal dengan ternak sendiri seperti sapi, beralaskan tanah dan apabila malam menghampiri tiada pencahayaan yang menerangi, piring untuk makan pun pada keluarga tani tersebut hanya ada satu. Dibagian ini Minke sengaja mendalami kehidupan pribumi terlebih kehidupan petani yang sering dicurangi oleh pihak pemerintah belanda karena tidak adil dalam berbagi hasil. Minke mencatat perihal pernyataan-pernyataan si petani tersebut agar nanti di upayakan permasalahan petani pribumi terbit dalam surat kabar belanda maupun melayu. Sehingga semua khalayak tahu dan semua strata social tahu akan konflik yang sering terabaikan tersebut.

Minke juga dikenal dengan nama samaran Mark Tollemar berkat tulisan-tulisannya yang terbit dalam koran-koran belanda. Minke yang lulusan sekolah H.B.S tersebut sangat fasih dan professional dalam berbahasa belanda, tak jarang ia juga sering dipuji dan diakui karya-karya tulisnya yang telah terbit dalam surat kabar belanda tersebut. Karena sangat jarang atau bahkan tidak ada seorang pribumi yang tulisannya di terbitkan di koran belanda, dan Minke berhasil merubuhkan sudut pandang pribumi yang selalu berada di bawah rata-rata kepandaian orang belanda.

Sekian dulu Review Buku Ana Semua Bangsa Karya Pramoedya Ananta Toer ini, Dan masih banyak lagi sebenarnya hal menarik dari buku kedua ini, ya, tidak mungkin juga saya jabarkan satu per satu karena memang terbukti Buku kedua ini menjadi versi terbaik dari buku pertamanya yakni yang memiliki ruang lingkup cerita yang sempit. Jadi sangat saya sarankan sekali bagi kalian yang hanya membaca Bumi Manusia, saya rekomendasikan untuk membaca buku kelanjutannya yakni Anak Semua Bangsa karena ending pada Buku pertama tersebut memang tidak mengenakkan dan jadilah buku ke dua sebagai penawar yang berhasil membawa inti keseluruhan cerita secara baik dan memang benar sesuai dengan porsinya.

Perihal menarik lainnya yang bakal kita temukan pada buku kedua ini yakni Nyai Ontosoroh mendapatkan cucu yang tak terduga, Minke berhadapan dengan Robert Suurof dalam peradilan masalah Cincin yang di berikan oleh Suurof kepada istri Minke yakni Annelis, setelah itu Keinginan Ir. Mauris Mellema untuk mengambil alih keseluruhan asset perusahaan yang dijalankan oleh Nyai Ontosoroh sudah sejak lama dan masih banyak lagi.

Review Buku ANAK SEMUA BANGSA Karya Pramoedya Ananta Toer


Baca juga pilihan buku dan review buku yang tak kalah menarik lainnya, pilihan buku ini sangat rekomendasi sekali lah untuk di baca :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *