Salah asuhan merupakan novel romansa yang monumental di eranya, mengangkat tema mengenai adat istiadat yang pada saat itu Belanda masih menjajah Indonesia. Barangkali untuk kaum millennial, banyak yang tidak tahu tentang roman Salah Asuhan ini.
Rasssian sendiri mendapatkan buku ini dari rekomendasi seorang pemilik toko buku loak di pasar raya padang. Padahal buku ini juga menjadi rekomendasi bahan bacaan di sekoloh-sekolah semasa dulu, tidak tahu sekarang apa masih ada, meskipun ada saya yakin tidak banyak yang membaca. Pengarangnya Abdoel Moeis adalah pembaharu dalam kesastrawan lama Indonesia. Juga merupakan pengarang angkatan Balai Pustaka. Roman Salah Asuhan telah dikenal luas oleh masyarakat, dan telah mengalami pencetakan ulang berkali-kali karena banyak peminat yang ingin memahami maknanya.
Agak asing juga rasanya kalau kalian yang suka membaca-baca novel, tetapi belum membaca karya yang mengisahkan bagaimana kehidupan di zaman kolonial salah satunya seperti Salah Asuhan ini, juga karya fenomenal Pram yang Bumi Manusia atau Buya Hamka.
Baiklah, mari kita Review Lengkap Salah Asuhan ini, yang saya miliki merupakan terbitan dari Balai pustaka yang ketebalannya 262 halaman, originale karena si pemilik toko kembali merekatkan halaman-halaman buku yang nyaris tanggal dan saya beli di toko buku loak seharga tiga puluh ribu rupiah.
Buku yang ditulis pada tahun 1928 ini menceritakan tentang tragedi Hanafi, seorang Minangkabau yang jatuh cinta kepada Corrie du Busee, peranakan Prancis-Minangkabau pada zaman kolonial. Hanafi adalah seorang pemuda pribumi asal Minangkabau, Solok yang sangat beruntung dapat bersekolah di Betawi sampai tamat HBS. Ibunya yang sudah janda, berusaha agar anaknya dapat bersekolah tinggi, walaupun untuk pembiayaannya ia harus meminta bantuan mamaknya, Sutan Batuah. Karena dia bersekolah di HBS yang merupakan sekolah dominan diisi oleh anak anak belanda. Jadi jugalah terbawa olehnya gaya hidup dan pola pikir orang belanda, karena ia begitu seringnya menghabiskan waktu dilingkungan belanda sehingga jarang sekali ia berbaur dengan kaum bumiputra yang merupakan kaum asli dari rakyat indonesia. Setamat HBS, Hanafi kembali ke Solok dan bekerja sebagai klerek di kantor Asisten Residen Solok. Tak lama kemudian, ia diangkat menjadi komis.
ketika Corrie datang ke Solok dalam rangka mengisi liburan sekolahnya, bukan main senangnya hati Hanafi. Ia dapat berjumpa kembali dengan sahabat dekatnya. Hanafi mulai merasakan tumbuhnya perasaan asmara. Maka, betapa terkejutnya Hanafi ketika ia membaca surat dari Corrie. Corrie mengingatkan bahwa perkawinan campuran bukan hanya tidak lazim untuk ukuran waktu itu, tetapi juga akan mendatangkan berbagai masalah. Corrie pun meminta saran kepada bapaknya perihal seumpama perkawinan antar bangsa ini terjadi, yang satu indo dan yang satu lagi eropa. Apakah tidak apa apa nantinya? Bapaknya memberi peringatan, bahwa hal tersebut ancaman besar. Bagaimana tidak, di era kolonial tersebut perkawinan antar bangsa merupakan sebuah polemik. Bisa saja diremehkan dan dikucilkan di kehidupan bermasyarakat, baik dari budaya barat sendiri terlebih budaya minang.
Setelah itu Corrie pergi melanjutkan sekolahnya kembali ke Betawi dan tidak lama ia mengirimkan surat selanjutnya, meminta agar Hanafi mau memutuskan pertalian hubnungannya itu. Sebenarnya corrie hanya menganggap hanafi sebagai kakak karena telah sedari kecil mereka saling mengenal, tapi terkadang ada juga rasa cinta yang lahir dari hubungan mereka. Tetapi corrie mengingat kembali bagaimana hambatan yang terlintang antara mereka, dan membuat corrie sesadarnya dan kalut untuk melanjutkan hubungan dengan hanafi. Sehingga Surat pernyataan yang dikirimkan corrie membuat Hafani patah semangat. Ia pun kemudian sakit. Ibunya berusaha menghibur agar anak satu-satunya itu sehat kembali. Di saat itu pula ibunya menyarankan agar Hanafi bersedia menikah dengan Rapiah anak mamaknya, Sutan Batuah. Ibunya menerangkan bahwa segala biaya selama ia bersekolah di Betawi tidak lain karena berkat uluran tangan mamaknya, Sutan Batuah. Hanafi mau menolak tapi apa yang mau dibuat? Semangat hidupnya sedikit demi sedikit telah sirna, maka ia perturutkan jugalah permintaan ibunya tersebut untuk menerima Rapiah sebagai istrinya.
Kehidupan rumah tangga Hanafi dan Rapiah tidak berjalan dengan baik. Hanafi tidak merasa bahagia meskipun dari hasil perkawinannya dengan Rapiah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Syafei. Hanafi beranggapan bahwa penyebabnya adalah Rapiah. Dalam pikirnya Rapiah hanya dianggap sebagai gadis yang ketinggalan zaman dan tidak mengerti sesuatupun yang ia kehendaki. Dibeberapa momen pernah Hanafi begitu malu dengan istrinya, yakni ketika teman setempat pekerjaannya pergi berkunjung kerumah. Habis dibentak Rapiah oleh Hanafi, meskipun Rapiah diperlakukan begitu oleh Hanafi, Rapiah tetap bersabar.
Ketika itu Hanafi sedang berdebat dengan ibunya, tiba-tiba ia digigit anjing gila dan seketika itu juga ia dirujuk oleh dokter untuk pergi ke Betawi dengan alasan berobat, tetapi ujung-ujungnya ia malah meninggalkan Rapiah, Syafei dan Ibunya di Solok. Di Betawi, Hanafi bertemu kembali dengan Corrie dan menikahinya. Dia mengirimkan surat kepada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Sementara itu, Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan Ibu Hanafi walaupun sangat sedih. Pernikahan yang didasari rasa cinta antara Hanafi dan Corrie pun juga berakhir mengenaskan. Dimulai dengan awal pernikahan yang hambar dan ditambah lagi Hanafi menuduh Corrie berbuat sesuatu yang buruk dengan laki-laki lain. Hingga Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang. Selama satu tahun lebih, tidak terjalin komunikasi diantara mereka berdua. Ternyata Corrie mengidap sakit Kholera.
Kekurangan buku ini sedikit saja bagi rasssian, yakni ketika mula-mula membaca buku ini hingga belasan halaman, kita sebagai pembaca sudah dihadapkan kepada bagaimana pekatnya konflik yang bakal terjadi. Jadi diawal membaca sudah terasa begitu berat dengan bagaimana perbandingan antara budaya barat dan budaya timur dan bagaimana penulis menyodorkan secara spontan. Alhasil, bagi penulis blog ini sendiri, jadi terasa kewalahan ketika membaca permulaan buku ini. Sedangkan untuk gaya bahasa yang masih menggunakan gaya Bahasa lama, saya tidak terlalu mempermasalahkan, justru menikmati.
Sebenarnya kekurangan tersebut tidak terlalu memberikan dampak, ya agak kewalahan jugalah membaca di awal-awal. Sedangkan kelebihannya yakni dari tema cerita yang coba diangkat oleh penulis, secara garis besar mengenai pernikahan antara budaya Barat dengan budaya Timur. Namun tetap memprioritaskan adat istiadat. Perbedaan adat istiadat yang kental antara budaya Barat dengan budaya Timur yang terkandung didalamnya, membuat roman ini menjadi sangat mengagumkan. Roman ini menceritakan tentang permasalahan hidup yang hingga saat ini masih sering terjadi. Membalut unsur sastra, budaya dan kritik menjadi satu dan meramunya dengan begitu indah.
Plot cerita yang cenderung maju membuat cerita tidak terlalu rumit untuk dicerna, setelah itu dari segi karakterisitik tokoh nya pun begitu jelas dengan sifatnya masing-masing seperti Hanafi berwatak egois dan keras kepala, Corrie berwatak baik, rendah hati dan mudah bergaul, Rapiah berwatak lemah lembut dan sabar, Ibu Hanafi berwatak sabar. Setelah sukses dengan bukunya, ternyata Salah Asuhan juga telah di-filmkan.
Sekian dulu Review Lengkap Salah Asuhan yang merupakan buku lawas rekomended untuk dibaca. Salah satu yang menjadikan buku ini sangat menarik dibaca adalah menyinggung adat-istiadat minangkabau. Bagi kalian yang ingin melihat ulasan buku-buku lawas lainnya bisa cek di kategori BukuAkik.
Baca juga ulasan Review maupun Rekomendasi Buku-buku lainnya :