Akira lebih dari sekedar film, sebagian orang akan berkata ini merupakan film kartun jepang abal-abal atau semacamnya. Nyatanya film ini merupakan salah satu impact terbesar yang memperkenalkan anime ke dunia, khususnya amerika. Ber-genre action dan sepenuhnya juga terkandung thriller dan unsur science fiction, jelas saja ini bukan bahan tontonan untuk anak-anak.
Kabar akan diangkatnya Film Akira ini ke live-action oleh Hollywood pun sampai saat ini masih simpang siur. Akira yang di Director dan ditulis oleh Katsuhiro Otomo, rilis pertama kali pada tahun 1988 ini telah menjadi film yang iconic dan landmark untuk dunia perfileman jepang.
Sekilas bagi orang-orang awam, mungkin karena melihat cover film bakal mengira akira adalah sosok lelaki memakai jaket merah dan tak lupa motor sport ala cyber punk nya. Kenyataannya adalah tidak, akira yang dimaksud adalah sebuah sosok yang cukup misterius di awal film dan selalu disebut-sebut sebagai awal malapetaka ledakan nuklir yang terjadi di Tokyo.
Dari sana lah salah satu isu yang ingin diangkat oleh film ini, tentang obsesi manusia untuk menjadi tuhan, diceritakan bahwa kita semua sebenarnya memiliki kekuatan luar biasa tersebut, tetapi terpendam di dalam diri kita. Kekuatan tersebut juga tidak bisa terkontrol dan hanya terpakai sesuai dengan kodratnya.
Apa yang terjadi ketika kita berlagak paling pintar dan berusaha untuk membuat Tuhan sendiri, tidak ingin terkesan preachy, tetapi memang celaka lah yang akan kita dapat.
Konflik antara Kaneda dan Tetsuo sendiri sebenarnya menjadi isu yang cukup menarik untuk diangkat. Dua orang sahabat baik dari kecil ini memiliki hubungan yang cukup kompleks. Kalau bisa dibilang Kaneda adalah sosok seorang leader, dimana ia, secara lahiriah atau tidak, sengaja atau bukan, menganggap dirinya adalah sosok pahlawan yang harus selalu menolong Tetsuo.
Hal tersebut membuat Tetsuo risih dan selalu dibayang-bayangi oleh Kaneda. Ia selalu menganggap dan dianggap oleh orang-orang di sekitarnya lebih lemah dan lebih inferior dibanding Kaneda yang juga ketua geng mereka.
Menyinggung pernyataan sebelumnya yakni tentang ambisi manusia terhadap kekuatan, yang mana yang selama ini diinginkan oleh Tetsuo adalah untuk memiliki kekuatan, rasa percaya diri dan tidak dianggap remeh oleh orang lain layaknya Kaneda.
Ketika akhirnya ia mendapatkan kekuatan tersebut, Tetsuo yang sudah dikalahkan oleh nafsunya tentu saja memanfaatkannya dengan semena-mena, yang pada akhirnya jadi senjata makan tuan juga.
Penggambaran kehidupan dalam konsep masa depan dalam film ini terkesan nyata adanya. Neo-Tokyo yang memang terlihat seperti kota rusak dengan berbagai serangan teroris dari sana-sini, hectic dimana-mana yang diakibatkan juga sama aktifitas geng-geng anarkis, ekonomi yang tidak stabil, aksi sebuah sekte yang mengajak untuk bertobat. Memang segala aspek di sodorkan dalam film ini ada bahkan begitu detail namun mengarah kepada sebauh kehancuran atau ketidak seimbangan hidup secara norma-norma.
kesimpulan, meskipun film kartun atau animasi jelas saja Akira adalah untuk konsumsi dewasa. Mengingat adegan-adegan brutal dan anarkis dan isu-isu yang diangkat sangat jauh mature dibanding film-film animasi lainnya. Action yang disodorkan pun memberikan efek ketegangan tersendiri, kita akan dipaksa untuk memperhatikan setiap pergerakan film yang nantinya bakal menjadi tanda tanya besar. Bahkan ada kritikus yang mengatakan tanpa adanya Akira, Tak kan ada The Matrix. Yap, bagi kalian pencinta anime, seharusnya kalian tahu film anime yang melegenda satu ini, film yang menjadi tonggak acuan, pengaruh besar dan center of the manga/anime. Sangat rekomendasi sekali untuk ditonton.
Baca juga review anime lainnya yang telah saya rangkum, seperti yang dibawah ini :
• 7 Anime Studio Ghibli yang wajib ditonton. Penting !
• Review Anime The Secret World of Arretty – Studio Ghibli Movie