Setelah sempat membaca dan kali ini saya akan memberi Review Buku Rumah Kopi Singa Tertawa yang mana yang saya miliki merupakan edisi cetakan ke-2 yang telah dirangkum begitu apik. Sebuah buku kumpulan cerita karya Yusi Avianto pareanom yang mengangkat berbagai macam bentuk cerita yang mana beberapa ceritanya bersikukuh pada tema bagaimana seseorang menjemput ajal.
Sebagai bahan pertimbangan buku ini telah mencantumkan rate Dewasa dibagian backcover, tentu sangat jelas tema yang diangkat sangatlah mature. Terdiri dari 20 Kumpulan cerita, sedangkan rumah kopi singa tertawa adalah salah satu cerita tersebut.
Rasa penasaran saya terhadap karya tulis Yusi Avianto Paraenom sangat deras mengalir setelah membaca novel beliau Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi. Kenapa tidak? Novel tersebut adalah sebuah maha karya dan kalian musti baca, dan itu menjadi himbauan yang keras bagi kalian yang gemar membaca novel tentunya. Alih-alih sebagai himbauan yang keras, saya perhalus sedikitlah menjadi rekomendasi yang wajib.
Rumah kopi singa tertawa, kehadiran buku ini Tidak mengangkat suatu permasalahan yang besar maupun menegangkan, justru buku ini hadir dengan bacaan yang ringan, yang adakalanya juga menyentil gaya kehidupan sehari-hari. Kebiasaan yang aneh dan nyeleneh yang sering dikesampingkan dalam keseharian turut hadir dalam cerita ini.
Plot cerita cenderung biasa saja menurut saya, sangat terarah, tetapi juga ada salah satu cerita yang menghadirkan plot twist yang membuat kita ngeh sementara waktu, dan saya berani menjamin kalian akan membalikkan halaman buku kembali, memperhatikan kembali jalannya cerita, karena telah mencapai penghujung salah satu cerita yang mind blowing. Menurut saya itulah salah satu menjadi nilai lebih dibuku ini.
Bagian yang menarik dibuku ini bagi saya pada cerita pertama yakni “Cara-cara Mati yang Kurang Aduhai”. Dibalik Kematian itu sendiri memang misteri ilahi, ada juga kematian yang senantiasa telah ditetapkan dan diketahui. Salah satunya yakni diajatuhkannya hukuman mati dan ada juga divonisnya seorang pasien karena sebuah penyakit yang sudah dibilang kronis dan tidak bisa ditangani lagi. Namun apa yang kita dapati pada cerita memang sesuatu yang sangat mengejutkan, tidak menduga-duga sama layaknya kematian yang menghampiri.
Cerita “Rumah kopi singa tertawa” sendiri merupakan percakapan-percakapan atau dialog yang sangat random disebuah kedai kopi, yang mana setiap tokoh yang melontarkan percakapan tidak diketahui sama sekali siapa. Namun percakapan yang random ini sangat menggelitik juga. Semua hal di perbincangkan, hingga tanpa kita sadari ini memang sesuatu yang unik, nan jarang kita dapati sebagai pembaca di buku-buku kumcer manapun.
“Ajal Anwar Sadat di Cempaka Putih” juga menjadi cerita favorit saya. Menyuguhkan plot Maju-Mundur, dengan cerita yang membuat kita terhenyak seketika. Bagaimana kematian itu memang sekonyong-konyong datang menghampiri, ini juga bisa dikaitkan dengan sebab-akibat sebuah prilaku. Balasan sebuah prilaku memang tidak seketika dibalaskan oleh Tuhan, namun disini kita bisa melihat bagaimana tragisnya Anwar sadat menemui ajalnya. Rasa iba dan rasa menerima tentu menghampiri si pembaca dengan seketika.
Cerita “Sengatan Gwen” juga merupakan sebuah keterkejutan bagi saya. Tanpa saya sadari ternyata… Ah, Sudahlah.
Terlebih cerita dari “Tiga Maria dan satu Mariam”, memang sebuah cerita yang sangat memilukan. Ketika membaca pun saya hanya membaca dengan datar, tidak menahu dengan apa sebenarnya yang dipersembahkan oleh Yusi Avianto. Nyatanya memang kematian-kematian yang sangat ironic dan tidak saya sadari diawalnya. Hmm..
Saya tidak bisa menjudge bahwa buku kumcer ini memberikan pengaruh yang buruk karena adanya perbincangan-perbincangan mesum antar para tokoh di salah satu cerita. Umpatan-umpatan yang khas dari penulis Yusi Avianto ini juga saya sadari, karena tidak hanya dibuku novel Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi, malah jauh sebelum itu umpatan itu telah bersemayam di dalam kepala Yusi avianto.
Semua tema cerita yang diangkat memang tebal dengan isu-isu mature, kesemuanya juga telah terkonteks, dan pada tempatnya, yang berarti tidak semena-mena dalam menulis, tentu. Mengingat novel beliau yang Raden mandasia si pencuri Daging Sapi telah menyabet tiga penghargaan sekaligus.
Emang di warung kopi banyak mendapatkan inspirasi. Apa lagi bila langsung datang berkunjung ke pabriknya seperti tulisan saya ini.
Silakan mampir http://www.yellsaints.com/2018/10/menikmati-wisata-lintas-gayo-dalam.html?m=1 😊
wedew, kayaknya mba nggak baca review buku ini deh. Tiba-tiba langsung komen aja dan spam link gitu. gokil…
Gapapa deh, terima kasih udah mampir euy !
Bukunya bagus untuk di baca. karena mengajarkan kita untuk berserah diri kepada sang pencipta karena kita di sadarkan jika ajal bisa datang kapan saja dan dimana saja
s7 sekali, selain memaparkan bagaimana ajal bisa datang sekonyong-konyong. Buku ini juga menjelaskan balasan perbuatan terhadap hal hal apa yang telah kita lakukan. Jadi senantiasalah berbuat baik dan adil…