Review Buku Kukila | M.AAN MANSYUR

Kukila
Cover Buku Kukila by M.Aan Mansyur

Kukila merupakan sebuah buku kumpulan cerita pendek yang melankolis romantis. Cinta, itulah tema yang kebanyakan diangkat dari kumpulan cerita ini, namun diungkapkan dengan cara yang bermacam-macam. Terdiri dari 16 judul cerita, sedangkan kukila sendiri merupakan salah satu judul cerita didalam buku ini. Diantara yang lainnya Kukila merupakan cerita yang terpanjang. Plot cerita sangat unik dan setiap kata yang tercurahkan oleh sang penulis serasa hidup, deeply lah pokoknya.

Oh ya, Kita bahas sedikit latar belakang penulis ya. M.aan Mansyur lahir di Bone, Sulawesi Selatan. Bekerja sebagai relawan dikomunitas Ininnawa dan pustakawan di Katakerja,di Makassar.

Cetakan pertama buku ini September 2012 dan saya mendapatkan buku ini pada cetakan Ketiga, Oktober 2015 dengan tebal 184 halaman, Tipis sekali ya.Hhe

Telah banyak karya-karya bang aan sebelumnya, sepeti sajak, prosa dan esai. juga setelah buku ini bang aan mengeluarkan buku puisi dengan judul “Melihat api bekerja“, ada juga “Tidak ada New York Hari ini” yang booming dikarenakan buku puisi ini menjadi dasar puisi pada film aadc2.

Namun yang lebih menarik lagi adalah buku puisi terbaru bang aan yang berjudul “Sebelum sendiri“. kita kesampingkan hal lain tersebut terlebih dahulu, kita kembalai ke Kukila.

Disetiap cerita pada buku ini memiliki kelebihan yang menonjol, bahkan hampir semuanya menyajikan plot twist mengejutkan di endingnya, kebanyakan sih iya. Disini lah daya tarik Buku kumcer ini. Bang aan memang bisa dikatakan unik.

M.Aan Mansyur sangat bisa memainkan kata-kata, jika dibandingkan gaya bercerita nya dengan penulis lain seperti Eka Kurniawan mereka hampir selaras, hampir menyerupai, namun bang aan lebih sedikit bermain softly.

M.Aan Mansyur menyelipkan diksi-diksi yang sangat mempesona. Beberapa kalimat yang saya tandai dibuku ini anatara lain :

“Masa lalu tidak pernah hilang. Ia ada tetapi tidak tahu jalan pulang, untuk itu ia menitipkan surat –
kadang kepada sesuatu yang tidak kita duga. Kita menyebutnya kenangan”.

“Kasih ibu lebih banyak dari pada udara yang bisa dihirup. Kesalahan seperti apa pun mampu dicucinya bersih. Sejauh-jauhnya pergi, satu-satunya rumah bagiku adalah tempat ibu berada. Dan pulang, kata itu
tidak akan ada tanpa ibu”.

“Hari itu aku tahu bahwa ada keinginan yang harus aku relakan mendekam di dada saja atau keingninan itu
melukai orang lain, lalu berbalik melukaiku lebih dalam”.

Intinya adalah Kukila ada untuk dinikmati. Bukan untuk diartikan terlalu jauh, dikulik bagian-bagiannya lalu dianalisa
satu-satu seninya, bukan. Kukila itu menurut saya lebih ke bacaan ringan yang cocok dibaca saat luang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *