Saman merupakan sebuah karya ulung dari penulis Ayu Utami, kenapa tidak?Novel ini menjadi rekomendasi keras bahan bacaan sastra bagi kalian yang hobi membaca maupun kalian-kalian yang sedang mencari literasi yang berbau sastra.
Untuk rasssian sendiri kenapa mau membeli dan membaca buku ini juga salah satunya yakni rekomendasi dari begitu banyak pembaca maupun penulis yang berserakan di dunia maya terlebih di website Goodreads.
Baiklah, bagian awal kita bahas tentang permulaan buku ini yaitu cetakan pertama 1 april 1998 dan kebetulan yang rasssian beli ini merupakan cetakan ke-35 april 2018. Namun di balik itu semua kita bisa melihat bahwasanya buku ini termasuk dalam kategori klasik. Untuk pencapaian sendiri, Saman adalah pemenang sayembara roman dewan kesenian Jakarta 1998.
Secara umum buku ini membahas tentang apa? Begini sinopsis yang terpampang di back-cover buku ini :
Empat perempuan bersahabat sejak kecil. Shakuntala si pemberontak. Cok si binal. Yasmin si jaim. Dan Laila, si lugu yang sedang bimbang untuk menyerahkan keperawanannya pada lelaki beristri.
Tapi diam-diam dua diantara sahabat itu menyimpan rasa kagum pada seorang dari masa silam: Saman, seorang aktivis yang menjadi buron dalam masa rezim militer Order Baru. Kepada Yasmin atau Lailakah, Saman akhirnya jatuh cinta?
Catat, buku ini merupakan sebuah novel DEWASA dengan rate 17+, tapi menurut saya sendiri buku ini seharusnya diberi rate 21+ karena mengingat pembahasan yang betul-betul DEWASA. Penjelasan dari sinopsis itu menurut saya campur aduk dan kalian yang akan membaca buku ini jangan terlalu memaknai atau menyimpulkan buku ini membosankan dari penjelasan singkat tersebut.
Baiklah, begini penjelasan dari sudut pandang rasssian tentang review saman, diawal buku kita bakal disuguhkan dengan prosa dan kalimat-kalimat penyampaian yang sangat baik dan tidak monoton sehingga begitu berbeda dengan penulis-penulis baru yang highlight. setelah itu Saman sendiri bakal tidak di jelaskan di awal-awal halaman karena seiring berjalannya cerita nanti penulis bakal memperkenalkan Saman sebagai tokoh sampingan terlebih dahulu, setelah itu barulah saman menjadi sorotan utama cerita. namun tidak sampai disitu, nantinya penulis juga menyodorkan kepada pembaca secara lengkap bagaimana latar belakang saman yang bisa dikatakan unik, keras dan berbahaya.
Diawal cerita kita diperkenalkan dengan tokoh Laila dan Sihar sebagai lawan jenis mainnya. Suasana cerita berada pada kilangan minyak di tengah laut, sesuatu yang berbeda memang dan menarik pastinya. Konflik-konflik tumbuh yang mana saya kira bahwa tokoh Laila dan Sihar ini menjadi highlight dan Laila sendiri menjadi tokoh perempuan yang begitu disorot, tetapi ketika ditemukan di pertengahan dan akhir halaman tokoh-tokoh ini sedikit dikesampingkan.
Namun saya sendiri heran, cerita empat sekawan belum juga diketemukan di awal cerita. Alhasil dipertengahan buku barulah serangkaian cerita dan keterkaitan antar tokoh menjadi jelas dan menarik untuk diikuti. Semakin membaca dan membaca, baru topik dan alur cerita menjadi sangat menarik dan mebuat pembacanya tanpa disadari bahwa buku ini hanya 200 halaman dan kalau menurut rasssian itu cukup tipis untuk sebuah cerita yang masih bisa diekplorasi lagi lebih luas.
Alur cerita pada novel ini berkesinambungan, bukan berarti ini menjadi nilai minus. Berkesinambungan maksudnya disini menurut rasssian adalah alur yang melompat-lompat, kalau kalian sebagai pembaca tidak cermat atau tidak teliti dalam membaca maka yang kalian dapatkan adalah kebingungan. Seperti di awal cerita yang ditandai pada tanggal 1996 setelah itu kita bakal flashback ke 1990 dan kembali di 1994 dan setelah itu melompat ke 1962 yang menjadi cerita latar belakang dari si pria yang bernama Saman ini.
Masalah yang coba di angkat oleh penulis benar-benar Mature/dewasa. Cerita cinta-cintaanya bukanlah romansa ala abg, tetapi benar-benar dewasa, birahi dan bisa dikatakan juga cabul. Unsur-unsur politik, agama, hubungan moral, sosial, dan mistik sekalipun, membuat cerita pada novel ini menjadi kompleks.
Saya sendiri juga terheran ketika memasuki cerita latar belakang dari si Saman kecil dan keluarganya karena pembahasan yang coba di sodorkan begitu kental dengan mistis, sungguh berbeda ketika baru memulai pada halaman awal. Sebegitu terherannya saya tutup kembali buku dan melihat kover buku dan heran bertanya-tanya sebenarnya ini buku tentang apa ? Namun seiring berjalannya cerita, pembahasan memasuki dunia tani dan politik yang kejam dan brutal yang mana si Saman ini tertaut hatinya untuk mengangkat kehidupan para petani yang khususnya berada di pedesaan transmigrasi. Dan setelah itu cerita tertaut dengan keberadaan sihar yang telah disinggung di awal-awal halaman buku, bagaimana sihar dan saman bersekongkol untuk menjatuhkan seseorang yang telah berbuat tidak adil terhadap kehidupan para petani desa di pengadilan dan lanjut secara internasional.
Penulis memang begitu mahir membuat bagaimana semua keterkaitan tersebut menjadi satu. Keterkaitan tokoh dan juga keterkaitan permasalahan di buat sebegitu rumit dan dijelaskan kepada si pembaca dengan sederhana. Ketika selesai membaca buku ini dan membayangkan seluruh cerita, maka dapat saya simpulkan si penulis telah berada pada level advance, dan patut dijadikan contoh untuk penulis-penulis muda nantinya.
Selain kisah perjalanan saman yang penuh juang untuk memakmurkan kehidupan para petani desa, obrolan-obrolan Yasmin dan saman di penghujung halaman buku memang menjadi sesuatu yang sangat menyesakkan dada, terlebih perumpamaan adam dan hawa yang coba di jelaskan oleh Yasmin kepada saman. Si penulis memang sangat imajinatif dan tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata.
Beberapa potong kalimat yang telah rasssian tandai, dan sebenarnya masih banyak lagi yang menarik dan tentu tidak bisa dituliskan semuanya disini :
“aku percaya kafein memompa darah dan susu menenangkan kegelisahan. Aku juga percaya pada usia tiga puluh orang harus mulai menghindari lemak.”
“Disini, dikota ini, malam hari ia mengikatku pada tempat tidur dan memberi wewejangnya: pertama, hanya lelaki yang boleh menghampiri perempuan. Perempuan yang mengejar-ngejar lelaki pastilah sundal. Kedua, perempuan akan memberikan tubuhnya pada lelaki yang pantas, dan lelaki itu akan menghidupinya dengan hartanya. Itu dinamakan perkawinan. Kelak, ketika dewasa, aku menanggapnya persundalan yang hipokrit”
Sejak terbit bersamaan dengan Reformasi, Saman tetap diminati dan telah diterjemahkan ke delapan Bahasa asing. Hebatnya lagi novel ini mendapat penghargaan dari dalam dan luar negeri karena mendobrak tabu dan memperluas cakrawal sastra.
Kesimpulan dari review saman ini. Memang sebuah bacaan yang penuh akan nilai-nilai sastra tetapi untuk pembaca dewasa saja. Tokoh-tokoh yang coba dijabarkan memang mengena terhadap kehidupan, hubungan sosial, terlebih konflik-konflik politik yang suram dimasa itu. Ini bukan review barangkali, karena mengingat apa yang saya coba jelaskan tidak begitu tertata dan bisa dikatakan blak-blakan tapi buku ini sangat rekomendasi sekali bagi hobi membaca dan menjadi novel wajib bagi pencinta sastra.
Baca juga Review Novel saya yang lainnya yang tak kalah menarik :
- Novel Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi | Karya Fenomenal Yusi Avianto Pareanom.
- Novel The Alchemist Karya Pablo Picaso | Petualangan Fiksi yang sangat menakjubkan.