11.
Tidak ada yang pernah sungguh sanggup
Meninggalkan orang yang ia cintai. Kau
Selalu bebas untuk pergi dan sebab itu
Kau memilih tidak ke mana-mana. Kita
Jadi kekosongan dalam diri orang lain
Dan tidak ada yang tahu cara mengisinya
Kembali. Aku tahu
Warna harapan. Seperti matamu ketika kau
Putus asa tidak bisa menahan aku pergi. Tapi
Kau tahu, setiap orang keluar dari rumah
Sebagai pemancing dan pulang membawa
Diri baru yang mudah terpancing.
Tidak ada kejujuran. Orang-orang tidak suka
Kebenaran. Mereka lebih senang jatuh cinta
Kepada hal-hal ringan dan mudah terbakar.
Kau kata-kata yang takut aku tulis. Kalimat
Yang menggigit lidahku. Aku ingin jadi alasan
Kau tersenyum ketika berdiri di puncak
Kesedihan. Hasrat yang sama membunuhku
Dengan cara berbeda setiap malam. Aku
Merasa lebih sebagai diri yang kupikirkan
Dari pada diriku sendiri. Aku lebih butuh
Merasakan dari pada melihat
Atau menyentuh.
13.
Cara mencintai kau yang paling
Aku suka: kau tidak mencintaiku.
Ada lebih banyak perihal penting
Untuk tidak kukejar dan kukerjakan.
Tinggal atau tinggalkan rumah.
Jalan jauh dan jatuh hati—dan lari
Dari segala yang mesti dan pasti.
Setiap hari dan aku menjadi
Sendiri.
Seperti daun lepas dari dahan
Menimpa bayangan sendiri
Di permukaan air.
Aku juga mencintai diriku
Tetapi siapa aku ?
19.
Seseorang dibangunkan pagi—
Barangkali kau, barangkali aku—
Dan menyadari ia tidak pernah
Meninggalkan rumah.
Di depan kopi dan cuaca
Yang masih muda dan susah
Ditebak, ia tahu: keberangkatan
Selalu bisa tinggal lebih lama
Dari pada kepulangan.
Buku Puisi Sebelum Sendiri M aan mansyur pertama kali terbit pada bulan maret 2017. Dikala itu sangat susah sekali untuk mendapatkan buku tersebut, yang awalnya saja di pesan secara pre-order melalui online dan itupun terbatas.
Karena mengingat reputasi bang Aan dengan puisi-puisinya memang sungguh menakjubkan. Salah satu buku puisi bang Aan yang berjudul “Tidak ada new york hari ini” sukses menjadi tema puisi dalam film AADC2.
Namun bagi saya sendiri setelah membaca Buku Puisi “Sebelum sendiri” ini, nyatanya kumpulan puisi di “Melihat api bekerja” tetap menjadi yang mempesona.
Di buku Puisi Sebelum Sendiri M aan mansyur ini, tidak berapa saja yang hanya saya mengerti. Selebihnya saya kurang menangkap syarat makna, begitu meliuk, begitu memusingkan. Jujur saja terlalu banyak bicara dengan langit, dengan laut dan sebagainya, seolah seperti pembicaraan orang tak waras.
Jika kalian ingin mencari pilihan puisi lain juga ada, puisi saya sendiri yang sudah saya muat sebelumnya :