The Red-Haired Woman Karya Orhan Pamuk

The Raid-Haired Woman

The Red-Haired Woman lahir dari seorang novelins turki yakni Orhan pamuk. Di buku ini kita bakal diajak untuk mengarungi kehidupan seorang anak yang bisa di katakan epic dan terus bertumbuh hingga menemukan kejanggalan terhadap apa yang telah ia lakukan di masa lalu.

Apakah dari kalian ada yang kenal dengan Orhan pamuk? maksudnya adakah dari kalian yang telah membaca karya-karya beliau yang lainnya? Kalau ada, kalian bisa komen di kolom komentar dan nyatakan buku menarik yang mana kalian suka dari novelis turki ini.

Oke, bagi rasssian sendiri, The Red-Haired Woman merupakan kali pertama saya membaca karya Orhan pamuk. Menarikkah? Tentu saja, tetapi untuk penjelasan lebih dalam, kalian musti baca artikel ini sampai tuntas.

Orhan pamuk lahir di Istanbul, Turki, pada 7 juni 1952. Pamuk adalah novelis Turki terkemuka dalam sastra pascamodern dan telah memperoleh berbagai penghargaan, seperti Orhan Kemal Novel Prize, Prix France Culture, Peace Prize of the German Book Trade dan lain-lain. Pada 2006, Pamuk dianugrahi hadiah Nobel Sastra oleh Akademi Swedia.

Rasssian tidak bakal membahas secara mendalam tentang latar belakang penulis, kalian bisa searching sendiri pastinya kalau memang penasaran habis. Buku ini sebenarnya tidak sengaja saya pilih dan beli di Kineruku, karena disana ada menjual beberapa buku yang susah rasssian cari di online store pada umumnya.

Sinopsis:

Di sebuah daratan tandus dan berbatu, Tuan  Mahmut beserta asistennya, Cem, mendapat tugas menggali sumur. Kerasnya medan mendekatkan mereka, bahkan mengubah hubungan tuan-asisten tersebut menjadi seperti ayah-anak.

Sementara air yang dinanti tak kunjung muncul. Cem justru terpikat primadona teater keliling, seorang wanita berambut merah. Namun, kehadiran wanita itu malah mendatangkan bencana. Seorang terbunuh dan menghantui hingga 3 dekade berikutnya.

Baiklah, Novel ini terbit pertama kali pada 2016 dengan bahasa  negaranya yakni Turki, setelah itu diterjemahkan oleh Rahmani Astuti dan di cetak versi terjemahannya tersebut pada februari 2018 oleh Bentang Pustaka.

Setelah membaca beberapa halaman di awal buku ini, saya berharap novel ini bakal menghibur dan menjadi buku terbaik yang rasssian baca selama di tahun 2019 ini. Tapi ada beberapa hal yang sangat fatal dan membuat saya kecewa.

Secara mendasar, setelah dibaca hingga mendekati halaman akhir barulah terasa, bahwa struktural dari buku ini telah dibagi layaknya seperti bab. Yang mana halaman awal hingga kurang lebih pertengahan buku, tempo cerita melaju lambat dan sangat bisa dinikmati oleh pembaca. Namun setelah pertengahan halaman buku, tempo cerita menjadi meloncat-loncat seperti 20 tahun kemudian, setelah itu tiba-tiba 2 tahun kemudian.

Sungguh tak karuan bagi rasssian, kenapa tidak di perpanjang saja ceritanya dan dibuatkan sebanyak 600 atau 700 halaman dengan alur dan tempo cerita layaknya di awal buku.

Tapi mengingat apa yang coba di sampaikan oleh si penulis dengan tempo cerita tersebut bakal membuat cerita lebih jelas juga. The Raid-Haired Woman terinfluence dari kisah mitologi Oedipus dan dongeng dari persia tentang Rostam dan Sohrab. Jadi secara tidak langsung ceritanya menyinggung tentang hubungan ayah-anak.

Cerita Oedipus sangat seringkali di singgung oleh si penulis, tidak satu-dua kali, begitupun cerita persia yakni tentang Rostam-Sohrab.

Novel ini bukanlah novel yang memiliki plot twist dan sebagainya, sebaliknya, penyelesaian konflik dari novel ini mungkin cenderung bisa ditebak. Namun, agaknya memang bukan kejutan-kejutan plot itu yang ingin si penulis sampaikan pada pembaca melalui novel ini, melainkan isu hubungan ayah-anak yang rumit dan kuat tersebut.

Novel ini juga menyampaikan kegelisahan Orhan Pamuk akan identitas warga Turki yang berada di perbatasan Asia dan Eropa, antara tradisional dan kebarat-baratan. Kebimbangan identitas ini disampaikan dengan cara yang baik dan mampu membuat pembaca juga akan berfikir perkara identitasnya – termasuk pembaca di Indonesia yang masih galau dengan identitas yang antara tradisional dan kebarat-baratan ini.

The Red-Haired Woman memiliki beberapa tokoh yang mampu berperan sebagai Oedipus dan juga dalam beberapa waktu akan berperan sebagai sosok Laius. Rekonstruksi kisah ini dilakukan dengan tokoh yang berganti-ganti seiring berjalannya narasi. Dan novel ini juga adalah penggambaran dari ungkapan terkenal “Sejarah pasti terulang”. Novel ini sangat patut untuk ada di dalam koleksi kamu karena buku ini membaca isu klasik yang ternyata masih bisa dinikmati dengan gaya penyampaian baru.

Dan sampai pada akhirnya, apa yang coba rasssian sampaikan di artikel ini lebih ke kritikan dibanding review maupun penjelasan yang deskriptif. Berapa rating buku The Red-Haired Woman ini rasssian beri ? yakni 4 dari 5 bintang. Kalian bisa cek profile goodreads saya disini.


Baca juga Review Novel saya yang lainnya yang tak kalah menarik :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *